Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Ranah Afektif : Pengertian Dan Aspek-Aspek Serta Hubungannya Dengan Ranah Kognitif & Psikomotorik

wawasanpendidikan.com; dalam dunia pendidikan ada 3 ranah yang dikenal yaitu ranah kognitif bekerjasama dengan knowlage pengetahuan siswa, ranah Psikomotorik yang lebih dikenal dengan skill kemampuan praktek siswa dan ranah afektif yang sering disebut dengan sikap siswa. dari ketiga ranah ini, ranah Afektif terbilang susah untuk diukur. bahkan masih banyak yang belum bisa membedakannya dengan sikap peserta didik. untuk itu, teman bersahabat pendidikan akan membuatkan artikel ihwal Ranah Afektif. Ranah Afektif akan dikupas secara tuntas mulai dari pengertian, aspek-aspek hingga hubungannya dengan ranah yang lain yaitu kognitif dan Psikomotorik. untuk lebih terang silahkan baca artikel dibawah ini.

1. Pengertian Ranah Afektif
Dalam proses berguru mengajar, terdapat empat unsur utama yaitu tujuan, materi, metode dan alat serta evaluasi. Tujuan pada hakikatnya ialah rumusan tingkah laris yang diharapkan sanggup dikuasai siswa setelah menempuh pengalaman belajar. Materi ialah seperangkat pengetahuan ilmiah yang disampaikan dalam proses berguru mengajar semoga hingga pada tujuan yang diputuskan, sedangkan metode dan alat ialah cara yang dipakai dalam mencapai tujuan. Adapun untuk mengetahui apakah tujuan yang sudah diputuskan itu tercapai atau tidak maka diharapkan evaluasi. Dari penilaian itu akan diketaui hasil berguru atau kemampuan yang dimiliki siswa setelah proses belajar. 
 ranah yang dikenal yaitu ranah kognitif bekerjasama dengan knowlage pengetahuan siswa Ranah Afektif : Pengertian dan Aspek-Aspek serta Hubungannya dengan Ranah Kognitif  & Psikomotorik
Tingkatan kemampuan Ranah Afektif
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam memahami ranah afektif tidak terlepas dari keempat unsur utama proses berguru mengajar. Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan memakai pembagian terstruktur mengenai hasil berguru dari Benyamin S. Bloom yang secara garis besar membagi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.

 Istilah ranah afektif dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “ranah” yang berarti “bagian (satuan) sikap manusia” dan “Afektif” berarti “berkenaan dengan perasaan”. Jadi, ranah afektif ialah kepingan dari tingkah laris insan yang bekerjasama dengan perasaan. Sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah affective domain. Menurut Anita E. Woolfolk, “The affective domain is emotional objectives”. Maksudnya ranah afektif ialah tujuan-tujuan yang berkenaan dengan kondisi emosi seseorang. Dalam hal ini ranah afektif dimaksudkan untuk menggugah emosi siswa semoga ikut berperan aktif dalam kegiatan berguru mengajar. 

 Di dalam mendefinisikan ranah afektif, para hebat banyak yang sebut bahwa ranah afektif itu ialah tujuan yang berkenaan dengan sikap dan nilai. Dari definisi tersebut di atas, pengertian ranah afektif terlihat sangat singkat dan masih membutuhkan pemahaman sehingga untuk lebih jelasnya, penulis paparkan pendapat Krothwohl dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of Educational Objectives (Affective Domain) yang menyampaikan bahwa: ranah afektif adalah:  
 “Objectives which emphasize a feeling tone, an emotion or a degree of acceptance or rejection. Affective objective vary from simple attention to selected phenomena to complex but internally consistent qualities of character and conscience. It expressed as interest, attitudes, appreciations, values and emotional sets or biases”.
Artinya : “Tujuan-tujuan yang lebih mengutamakan pada perasaan, emosi atau tingkat penerimaan atau penolakan. Tujuan afektif mengubah perhatian dari yang sederhana menuju yang rumit untuk menentukan fenomena serta menanamkan fenomena itu sesuai dengan abjad dan kata hatinya. Ranah afektif terlihat dalam sikap, minat, apresiasi, nilai dan emosi atau prasangka”. 

Dari definisi di atas sanggup dipahami bahwa dalam ranah afektif bukan sikap dan nilai saja yang diutamakan, tetapi mencakup hal yang penilaian sebuah fenomena dan dalam menuntun tingkah laris moralnya. 

2. Aspek-aspek Ranah Afektif
melaluiataubersamaini mengikuti pendapat Krathwohl, aspek-aspek yang terkandung daam ranah afektif terdiri dari minat (interest), sikap (attitude), nilai (value), apresiasi (appreciation), pembiasaan (adjustment). Masing-masing aspek tersebut muncul pada diri siswa tidak sejelas menyerupai dalam ranah kognitif artinya dalam ranah kognitif aspek yang satu ialah syarat mutlak bagi aspek yang lain sedangkan dalam ranah afektif tidaklah demikian, tetapi masing-masing aspek saling tumpang tindih. Lebih jelasnya penulis paparkan pendapat Krathwohl ihwal proses munculnya aspek-aspek afektif dalam diri seseorang melalui pembagian terstruktur mengenai sebagai diberikut:

a. Receiving, terdiri dari: 
1) Awareness (penyadaran)
2) Willing to receive (kemauan untuk menerima)
3) Controlled or selected attention (perhatian yang terkontrol atau terpilih) (aspek afektif : minat dan apresiasi) 

Pada taraf pertama ini bekerjasama dengan kepekaan siswa terhadap fenomena-fenomena dan rangsangan dari luar menyerupai masalah, gejala, situasi, dll. Dalam proses berguru mengajar, taraf ini bekerjasama dengan menimbulkan, mempertahankan dan mengarahkan perhatian siswa. Yaitu kesadaran akan fenomena, kesediaan mendapatkan fenomena dan perhatian yang terkontrol atau terseleksi terhadap fenomena. 

b. Responding, terdiri dari:
1) Acquiescence in responding (persetujuan untuk menjawaban)
2) Willingness to respond (kemauan untuk menjawaban)
3) Satisfaction in respond (kepuasan dalam menjawaban) (aspek afektif : minat, sikap, apresiasi, nilai dan penyesuaian) 

Pada taraf kedua ini siswa sudah mempersembahkan respon terhadap sebuah fenomena. Respon ini tidak spesialuntuk memperhatikan sebuah fenomena tetapi siswa sudah mempunyai motivasi yang cukup terhadap fenomena. Dalam kegiatan berguru mengajar terlihat adanya kemauan siswa untuk menjawan pertanyaan guru, atau kepuasan dalam menjawaban (misalnya membaca buku untuk kegembiraan). Kaprikornus dalam taraf ini bertalian dengan partisipasi siswa dalam sebuah fenomena. 

c. Valuing, terdiri dari:
1) Acceptance of a value (penerimaan suatu nilai)
2) Preference of a value (pemilihan suatu nilai)
3) Commitment (bertanggung tanggapan untuk mengingatkan diri) (aspek afektif : minat, sikap, apresiasi, nilai, penyesuaian) 

Pada taraf ini, siswa sudah menghayati nilai-nilai tertentu. Hal ini terlihat pada sikap siswa mulai dari penerimaan sebuah nilai, latar belakang atau pengalaman unutk mendapatkan nilai dan akad terhadap nilai. Kaprikornus pada taraf ini tingkah laris siswa sangat konsisten dan tetap sehingga sanggup mempunyai iktikad tertentu.

d. Organization, terdiri dari: 
1) Conzeptualization of a value (konseptualisasi suatu nilai)
2) Organization of a value system (pengorganisasian suatu sistem nilai) (aspek afektif : sikap, nilai dan penyesuaian) 
                                          
Tingkatan ini bekerjasama dengan menyatukan nilai-nilai yang tidak sama, memecahkan konflik di antara nilai-nilai itu dan mulai membentuk suatu sistem nilai yang konsisten secara internal.

e. Characterization by value complex, terdiri dari: 
1) Generalized set (perangkat yang tergeneralisasi)
2) Characterization (karakterisasi) (aspek afektif : penyesuaian) 

Pada taraf ini disebut sebagai tahap internalisasi artinya suatu sistem nilai sudah terbentuk dalam diri individu dan mengontrol tingkah lakunya dalam waktu yang usang sehingga membentuk karakteristik “pola/pandangan hidup”.  melaluiataubersamaini melihat pembagian terstruktur mengenai ranah afektif di atas, maka tampak bahwa aspek-aspek afektif satu sama lain sanggup terjadi dalam proses yang sama sehingga untuk mengetahui aspek-aspeknya, berlandaskan pada proses yang sama pula. Sebagai pola kasatmata aspek pembiasaan ternyata sanggup muncul pada setiap proses kecuali pada proses penerimaan (receiving). Lebih jelasnya sanggup dilihat denah diberikut ini:  


Kaprikornus menurut pendapat Krathwohl tersebut, sanggup dipahami bahwa ranah afektif terdiri dari 5 aspek yaitu:

1) Minat (interest) 
Menurut Doyles Friyer yang dikutip oleh Wayan Nurkancana dalam bukunya Evaluasi Pendidikan, “Minat atau interest ialah tanda-tanda psikis yang berkaitan dengan obyek atau Dari pengertian tersebut, apabila seseorang bahagia terhadap obyek atau acara tertentu maka ia akan mempunyai minat yang besar terhadap obyek itu. Sebagai pola apabila siswa bahagia dengan pelajaran sejarah Islam maka ia akan menaruh minat yang besar terhadap pelajaran tersebut contohnya dengan memperhatikan pelajaran tersebut dengan baik, banyak membaca buku-buku sejarah Islam, bahagia bertanya kepada guru ihwal pelajaran itu dan sebagainya. Kaprikornus minat ialah faktor pendorong individu untuk melaksanakan usaspesialuntuk.  aktivitas yang menstimulus perasaan bahagia pada individu”.

2) Sikap (attitude)
Sikap ialah kecenderungan untuk merespon sesuatu baik individu, tata nilai, peristiwa, dan sebagainya dengan caracara tertentu. Dalam proses berguru mengajar terlihat adanya sikap siswa menyerupai kemauannya untuk mendapatkan pelajaran dari guru, perhatiannya terhadap apa yang dijelaskan oleh guru, penghargaannya terhadap guru. Kaprikornus sikap akan mempersembahkan arah kepada individu untuk melaksanakan perbuatan yang positif ataupun negatif.

3) Nilai (value)
sepertiyang yang dikutip oleh Drs. H.M. Chabib Thoha dalam buku “Kapita Selekta Pendidikan Islam”, Sidi Gazalba mengartikan nilai sebagai sesuatu yang bersifat abstrak. Ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak spesialuntuk duduk kasus benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi. 

Dari kedua pengertian nilai tersebut, dalam hubungannya dengan proses berguru mengajar, siswa bisa menghayati sebuah fenomena sehingga ia sanggup membedakan benar dan salah, baik dan jelek dan mana yang lebih penting dalam hidup.  

4) Apresiasi
Apresiasi sering diartikan sebagai penghargaan terhadap suatu benda baik abnormal maupun kongkret yang mempunyai nilai luhur dan umumnya dikaitkan dengan karya seni. Menurut Chaplin yang dikutip oleh Muhibbin Syah, apresiasi berarti “suatu pertimbangan (judgment) terkena arti penting atau nilai sesuatu”. Dalam proses berguru mengajar, apresiasi sanggup dilihat dari sikap siswa menghargai guru dan kawan, menghargai waktu berguru dan tahu hal-hal yang lebih penting dalam hidup. 

5) Penyesuaian (adjustment)
Penyesuaian ialah aspek afektif yang mengontrol sikap siswa sesuai dengan prinsip-prinsip yang tertanam dalam dirinya. Kaprikornus adjustment sanggup diartikan sebagai penguasaan; yaitu kemampuan membuat rencana dan mengatur respon-respon sedemikian rupa sehingga sanggup menguasai/menanggapi segala macam konflik atau masalah. Sebagai contoh, siswa melaksanakan tes diri dalam memecahkan kasus menurut konsep materi yang sudah diperolehnya atau menggunakannya dalam praktek kehidupannya 

3. Hubungan Antara Ranah Afektif dengan Ranah Kognitif dan Psikomotorik

sepertiyang penulis paparkan  sebelumnya, bahwa ranah afektif itu tidak bisa terpisah dengan ranah kognitif dan psikomotorik tetapi ketiganya saling berkaitan. Hal itu sanggup dilihat dari kekerabatan antara ranah afektif dan kognitif lebih lampau untuk hingga pada psikomotorik. Lebih jelasnya dipaparkan kategori kedua ranah tersebut dengan berpedoman pada pendapat Krathwohl.

Menurutnya ranah afektif mempunyai kekerabatan dengan ranah kognitif yang mana dalam setiap proses afektif terdapat komponen kognitif. Hal ini sanggup dilihat pada masing-masing tahap proses afektif yaitu; pertama “penerimaan”. Dalam proses berguru mengajar penerimaan ini mengarah pada perhatian siswa. melaluiataubersamaini adanya perhatian siswa tersebut maka akan simpel bagi siswa dalam memperoleh “pengetahuan” atau dengan kata lain perhatian siswa dalam berguru sebagar syarat untuk hingga pada “pengetahuan”. Kedua “merespon”, sebagai pola ditemukan tujuan “kemauan” siswa untuk menjawaban pertanyaan guru. Tujuan ini mengandung pengertian bahwa siswa mempunyai kemauan dan bisa menjawaban pertanyaan guru apabila siswa tersebut sudah mengetahui dan memahami materi pelajaran yang ditanyakan guru. Kaprikornus sanggup dikatakan bahwa tujuan afektif dalam pola tersebut secara tidak eksklusif berarti tujuan kognitif sebab di dalamnya membutuhkan komponen kognitif yaitu pengetahuan dan pemahaman. 

Tahap ketiga yaitu “menilai” suatu fenomena/benda. Siswa bisa mempersembahkan penilaian baik atau buruk, benar atau salah terhadap fenomena apabila siswa tersebut sudah dibekali dengan beberapa pengetahuan tertentu kemudian memahami dan bisa menganalisa fenomena tersebut. 

Tahap organisasi dan kakterisasi nilai sebagai tahap empat dan lima ini berarti siswa mengkonsep sebuah nilai yang sudah direspon untuk disatukan dengan sistem nilai yang ada menuju abjad individu. Dan hal ini membutuhkan kemampuan siswa dalam mengembangkan nilainilai gres yang lebih kompleks (analisis). Untuk mengembangkan nilai tersebut juga diharapkan kemampuan siswa dalam mensintesis dan mengevaluasi sebuah nilai.  

Berdasarkan uraian di atas, sanggup dipahami bahwa dalam setiap tahap ranah afektif maka terdapat komponen kognitif. Di samping itu, tujuan afektif secara tidak eksklusif mengandung arti tujuan kognitif menyerupai dalam pola tahap kedua atau dengan kata lain tujuan afektif sama artinya dengan tujuan kognitif. Sesudah siswa mempunyai kemampuan dalam mengorganisasikan nilai menjadi karakternya, maka sebagai tahap
lanjutan dari kemampuan tersebut ialah adanya kemampuan bertindak setelah ia mendapatkan pengalaman berguru tertentu sesuai dengan makna yang terkandung di dalam ranah afektifnya sehingga kedua ranah tersebut kalau dilukiskan, akan tampak dalam hasil berguru sebagai diberikut:


demikianlan klarifikasi yang begitu rinci ihwal Ranah Afektif, baikPengertian dan Aspek-Aspek serta Hubungannya dengan Ranah Kognitif  & Psikomotorik. semoga bermanfaa.

Daftar Pustaka
  • Dr. Nana Sudjana. (1995). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya 
  • Djalinus Syah, dkk.(1993). Kamus Pelajar (Kata Serapan Bahasa Indonesia). Jakarta : Rineka Cipta 
  • Anita E. Woolfolk. (1980). Educational Psychology, America : Allyn &Bacon
  • David R. Krathwohl. (1956). Taxonomy of Educational Objectives; Handbook II : Affective Domain. London : Longman Group Ltd.,                                      
  • Drs. Slameto. (2001). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
  • Dr. Suke Silverius. (1991). Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta:  PT. Grasindo
  • Drs. Amirul Hadi, dkk.(2001). Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta : Rineka Cipta,
  • Drs. Wayan Nurkancana. (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional 
  • Drs. H.M. Chabib Thoha, MA.(1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Semarang : Pustaka Pelajar
  • Muhibbin Syah, M.Ed.(1997). Psikologi Pendidikan melaluiataubersamaini Pendekatan Baru. Bandung : Rosdakarya
  • DR. Kartini Kartono. (1989) Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam. Bandung : Mandar Maju 

Posting Komentar untuk "Ranah Afektif : Pengertian Dan Aspek-Aspek Serta Hubungannya Dengan Ranah Kognitif & Psikomotorik"